Sebelum tahun 1914 Malang masih merupakan bagian dari Karesidenan Pasuruan dengan kekuasaan tertinggi dipegang oleh Assisten Residen yang berkantor di selatan alun-alun (sekarang Kantor Pemberdaharaan dan Kas Negara). Setelah 1 April 1914, kota Malang berhak menjalankan pemerintahan sendiri dengan dipimpin oleh seorang Walikota. Kantor pemerintahan di alun-alun dianggap tidak mewakili gaya pemerintahan baru yang lebih modern, sehingga diusulkan untuk membuat pusat pemerintahan baru di daerah JP Coen Plein (Alun-Alun Bundar).
Nah di situlah tempat dimulainya Jelajah Kota Malang yang merupakan rangkaian acara #oblongmerahmuda
dalam rangka ulang tahun komunitas Blogger Ngalam Malang yang ke 4. Yup
di Alun-Alun Bundar pusat pemerintahan kota Malang. Tema mengenang
sejarah dan memajukan budaya pas banget dengan jelajah kota Malang yang
diadakan sehari setelah seminar di kampus STIE Malangkucewara Malang,
yaitu pada 8 Januari.
Jelajah kota Malang ini, jalan-jalan ke
tempat-tempat sejarah juga budaya peninggalan kota Malang. Yuk simak
diajak ke mana aja blogger-blogger peserta #oblongmerahmuda termasuk Rusa oleh Dwi Cahyono pemandu wisata dalam jalan-jalan kali ini.
1. Balai Kota Malang
Seperti diceritakan di awal, Balai Kota
adalah destinasi pertama dalam jelajah kota Malang ini. Menurut sejarah
yang ditulis di buku Malang – Telusuri Dengan hati oleh Dwi Cahyono,
dulunya sempat diadakan sayembara untuk desain gedung Balai Kota Malang.
Namun dari 22 peserta lomba tidak ada yang memenuhi syarat. Desain
gedung akhirnya menggunakan rancangan HF Horn dari Semarang dan memakan
waktu selama 2 tahun, dari 1927-1929. Ruang walikota didesain sendiri
oleh G.C. Citroen, arsitek Belanda yang lama menetap di Surabaya.
Sayang di Balai Kota ini cuma mampir dan dijelasin di halamannya saja, gak sempat masuk ke dalam.
2. Tugu Alun-Alun Bundar
Setelah dari Balai Kota, nyebrang pas di depannya ke Tugu Alun-Alun.
Tepat setahun setelah proklamasi
Indonesia, dilaksanakan peletakan baru pertama sekaligus menempatkan
oorkonde (prasasti) dalam fondamen pembangunan tugu peringatan
proklamasi kemerdekaan di malang. Sempat hancur pada saat agresi militer
Belanda II hingga hanya tersisa fondasinya saja, baru pada 20 Mei 195
Ada cerita lucu mengenai tugu itu,
katanya orang Malang pada waktu itu sangat bangga dengan tugu itu,
mereka berprinsip selama tugu berdiri, perjuangan tak akan berakhir,
akhirnya Belanda mengebom tugu, maka hancurlah tugu, dan sempat lemes
orang-orang Malang pada waktu itu.
3. Jembatan Kahuripan
Kenapa Malang sempat menjadi nominasi
sebagai ibukota negara? karena Malang sangat memperhatikan lingkungan,
semua bangunan menghadap ke sungai, termasuk di daerah kahuripan ini.
Begitulah yang diungkapkan mas Dwi Cahyono yang menjelaskan sambil
nunjuk-nunjuk sungai dari jembatan.
Sayang sekarang semua bangunan
membelakangi sungai, dan sungai jadi tidak berfungsi. Seperti yang
dikatakan Dwi cahyono, Malang dibelah oleh 3 sungai dan 4 gunung besar.
Menurut sejarah, Jembatan Kahuripan
dibangun selama 6 tahun mulai dari tahun 1924, jembatan tidak lagi hanya
berfungsi sebagai penghubung jalan Kahuripanm dan Semeru yang merupakan
jalan protokol di Malang, tapi juga untuk memecah keramaian dari
alun-alun ke daerah Stadion Gajayana.
4. Kayutangan
Ke arah selatan dikit dari Jembatan
Kahuripan, Rusa dan teman-teman diajak ke Kayutangan. Lagi-lagi, seperti
yang diungkapkan oleh mas Dwi Cahyono ada dua versi yang menyebutkan
asal usul nama Kayutangan. Pertama sebelum tahun 1942 terdapat papan
penunjuk arah besar yang berbentuk tangan yang dibuat oleh Belanda.
Kedua, di saat mulai berkembangnya kawasan alun-alun, di ujung terdapat
pohon menyerupai tangan. Sekitar 1960-1970an pertokoan ini menjadi pusat
keramaian di Malang dengan ragam antara lain perdagangan umum,
perkantoran, bioskop dan lain-lain.
5. Perempatan Kayutangan
Kalau melewati perempatan Kayutangan,
pasti melihat bangunan kembar, tapi sayang sekarang bangunan itu tak
tampak seperti kembar lagi kalau tidak dilihat dengan seksama. Bangunan
kembar itu merupakan desain arsitek belanda, Karel Bos. Beberapa orang
menganggap bahwa bentuk kembar bangunan ini menggambarkan pintu gerbang
menuju ke arah Semeru, sementara sebagian lagi berpendapat bahwa desain
kembar tersebut terinspirasi dari putra kembar Karel. Garya arsitektur
bangunan ini beraliran Nieuwe Bouwen dengan ciri khas menara pengawas di
atas gedung.
6. Monumen Chairil Anwar
Berjalan ke arah barat lagi, kita akan
mendapati Monumen Chairil Anwar. Rusa sih sempat kaget, lah koq bisa ada
Monumen Chairil Anwar di sini. Kata mas Dwi Cahyono sih karena pada
waktu itu beberapa tokoh suka sama sastra, termasuk sama puisi-puisi
Chairil Anwar. Ditambahkannya lagi sih, katanya berjuang tidak hanya
bisa dilakukan dengan turun ke medan perang, tapi juga bisa dengan
diwujudkan dalam senin atau penulisan pemikiran.
7. Toko Oen
Toko lawas ini berdiri sejak tahun 1930
(huwaw lama sekali ya), toko ini merupakan satu-satunya restoran
keluarga Cina bermarga Oen yang menyediakan menu Belanda. Pada saat
kongres KNIP tanggal 25 februari 1947, restoran ini menjadi tempat
berkumpulnya para peserta kongres Indonesia untuk makan siang. Ketika
sebagian kota Malang dibumihanguskan, restoran ini termasuk salah-satu
bangunan yang selamat. Hingga kini interior dan resep tradisonal khas
kolonialnya masih dipertahankan.
Letak Toko Oen ini berada disebrang barat daya Monumen Chairil Anwar, tinggal nyebrang dikit deh.
8. Alun-Alun Kota
Pada masa pra kolonial, perkembangan
konsep tata ruang untuk pusat kegiatan masyarakat hampir sama, yaitu
adanya lapangan luas yang ditanami satu atau dua buah pohon beringin
yang disebut alun-alun. Biasanya, Kantor Bupati selalu ditempatkan di
selatan alun-alun karena kepercayaan sakral daerah setempat. namun
karena malang dianggap sebagai daerah dengan pertahanan yang kuat, maka
khusus untuk kantor Bupati malang kepercayaan tersebut diubah sehingga
posisi kantor bupati berada di sebalah timur-alun-alun.
Belanda sengaja menempatkan kantor
bupati berhadapan dengan Assisten Residen, di samping Masjid Jami’ dan
berhadapan dengan penjara untuk mempermudah pengawasan.
9. Museum Brawijaya
Museum ini dibangun di atas lahan seluas
10.500m2, museum ini resmi dibuka pada 4 Mei 1968 dengan nama Brawijaya
Sesanti Citra Uthapana Cakra yang berarti sinar yang membangkitkan
kekuatan.
Koleksi Museum Brawijaya antara lain
tank hasil rampasan tentara Jepang di Surabaya, Tank Amphibi AM Track,
Meriam 3,7 inci “sibuang” dan Gerbong Maut.
Museum Brawijaya juga memiliki buku-buku sejarah perjuangan, alat transportasi pos jaman perjuangan.
10. Inggil Museum Resto
Ini adalah tempat terakhir yang
dikunjungi dalam Jelajah Kota Malang #oblongmerahmuda, museum ini berada
di dalam restoran budaya Jawa yang konsisten mengangkat ke-inggil-an
budaya jawa dalam menjamu para tamunya dengan menggunakan pakaian,
bahasa masakan, tata ruang ornamen serta perlengkapan makanan khas Jawa.
Museum resto ini menyimpan benda-benda
kolonial yang berusia lebih dari seabad. Peninggalan cagar budaya ini
merupakan bagian dari program sosial Restoran Inggil yang dilaksanakan
sejak 1993 dalam rangka pendataan, pelaporan dan penyelamatan cagar
budaya.
Restoran Inggil pernah menjadi restoran
terbaik di jawa Timur pada tahun 1997 dan 100 restoran terbaik
dunia-Madrid Spanyol pada tahun 1998.
Di restoran ini pula rangkaian acara ulang tahun Blogger Ngalam ditutup.
Berbagai data yang Rusa tuliskan di atas
adalah bersumber apa yang diterangkan mas Dwi Cahyono pas sedang
jelajah, juga dari catatan yang dibagikan kepada peserta jelajah yang
juga bersumber pada buku karangnya, Malang – Telusuri dengan Hati.
0 komentar:
Posting Komentar