Bernostalgia Sejarah di Kota Pahlawan
HL | 12 January 2013 | 08:50 Dibaca: 188 Komentar: 0 1 menarik
Maju
tak gentar…Membela yang benar…Maju tak gentar…Hak kita diserang…Maju
serentak…Mengusir penyerang…Maju serentak…Tentu kita kita menang. Itu
merupakan bait lagu yang mengkisahkan tentang sejarah panjang perjuangan
bangsa Indonesia mempertahan kan Kemerdekaan. saya pun menuju ke kota Pahlawan untuk mengetahui bekas sejarah bangsa Indonesia.
Kota
Surabaya menyimpan kisah kepahlawanan, kisah keberanian para pemuda
yang bahu membahu mempertahan kan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Meski telah melawati waktu yang panjang , namun jejak sejarah
masih tersisa. Salah satu peristiwa heroit adalah aksi penyobekan
bendera belanda di hotel yamato atau hotel orange di tahun 1945. Dengan
penuh keberanian arek-arek suroboyo memanjat dan menurunkan bendera
Merah, Putih, Biru serta merobek nya hingga tinggal warna merah dan
putih.
Kini
hotel Yamato telah berganti nama menjadi hotel Majapahit, namun jejak
sejarah masih melekat di hotel ini. Tiang bendera tempat sangsaka merah
putih berkibar masih berdiri tegak. Saya pun mencoba mendekati tiang
bendera bersejarah ini yang terletak di bagian atas hotel. Kisah
perjuangan para pemuda Surabaya mempertahankan kemerdekaan sudah 67
tahun berlalu. Para pelaku sejarah yang tersisa semakin sedikit. Saya
pun penasaran mencoba mencari pelaku sejarah perjuangan yang tersisa di kota pahlawan ini (Surabaya).
Saya
pun tiba di sebuah rumah sederhana tempat seorang Veteran pejuang
tinggal. Pejuang tersebut bernama Munandar, kini usia beliau sudah 85
tahun. Pada gurat wajah nya masih terpancar kebanggaan atas kisah
perjuangan yang di alamai-nya 67 tahun silam. Dengan menggunakan seragam
pejuang beliau pun rutin menjumpai teman – teman nya sesama pejuang
dalam Korps Cacat Veteran Republik Indonesia. Meskipun beliau harus berjalan ter tatih – tatih melewati jalanan yang sempit.
Bapak
Munandar menyimpan cerita penyebab kaki nya yang pincang, bersama
beliau saya pun tiba di tempat Korps Cacat Veteran Republik Indonesia
cabang kota Surabaya. Disi sudah ada 2 teman bapak Munandar yang sama
sesama pejuang 45. Anggota Korps cacat veteran di Surabaya kini tinggal
tersisa 8 orang, dan hanya 4 orang yang aktif. Kegiatan mereka
sehari-hari nya ialah mengurusi kepentingan anggota yang masih aktif.
Tugu
pahlawan di kota Surabaya adalah tempat yang penuh kenangan bagi bapak
Munandar. Di tahun 1945 ia telibat langsung dalam peperangan hebat di
sini. Tempat ini memang menjadi pusat pertempuran dalam mempertahankan
kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Para pejuang banyak yang
berguguran disini. Di kawasan tugu pahlawan ini saya di temani bapak
Munandara bernostalgia menghirup kenangan masa lalu nya. Saat langkah
nya yang tertatih – tatih mulai menapaki tempat ini, berbagai kenangan
pun menghinggapi ingatan nya.
Dalam
pertempuran itu Bapak Munandar ikut menyerang markas yang tak lain
adalah polisi militer Jepang. Unik nya, bapak Munandar sendiri pernah
belajar teknik perang dari polisi Khusus Jepang. Kisah kepahlawanan para
pejuang 45 di Surabaya telah melahirkan kebanggaan bagi warga Surabaya,
salah satu nya adalah Imam Widodo. Karena kebanggaan nya ia pun
mendalami sejarah perjuangan di Surabaya, termasuk mengoleksi berbagai
hal terkait sejarah perjuangan. Seperti buku – buku, sisual , hingga
berbagai pernak – pernik.
Bapak
Imam Widodo sendiri telah menulis sejumlah buku – buku yang di maksud
kan agar warga Surabaya tak melupakan sejarah perjuangan rakyat
Surabaya. Menurut nya ketidak pedulian anak – anak muda atau generasi
muda Surabaya terhadap sejarah kota nya. Maka ia melakukan hal ini
menulis buku – buku tentang Surabaya dan kota – kota di Jawa Timur
dengan maksud supaya anak – anak muda itu tergugah dan mereka tidak akan
kehilangan jati diri atas sejarah kota nya. Semangat kepahlawanan untuk
negeri ini memang harus tetap menyala. Dan wujud kepahlawanan akan
menemukan bentuk nya pada setiap jalan nya.
0 komentar:
Posting Komentar